Social Icons

Sabtu, 31 Mei 2014

Jaman Orde lama Musik Ngak Ngik Ngok dilarang

Fbr Bojongsari Depok

Inilah kelompok musik The Lensoist dari kiri Idris Sardi,Jack Lesmana,Munif Bahasuan,Loddy Item dan Maskan

 Musik Ngak Ngik Ngok 


Sampul belakang album mari Bersukaria dengan Irama Lenso rilisan Irama tahun 1965 dengan tandatangan Presiden Soekarno pada 14 April 1965
Apa boleh buat musik rock n’roll yang merupakan janin dari eksperimentasi musik blues yang dibawa kaum Afrika di Amerika pada akhirnya menjejal sebagai musik pergaulan yang mengharu-biru dunia di pelosok manapun termasuk Indonesia.Pada paruh era 50an negara kita pun tak kuasa menghadang derasnya arus rock n’roll yang jika ditelusuri ikhwal muasalnya merupakan tribal music dari Afrika.Rock n’roll yang sarat dinamika,lentur dan menjelmakan representasi kebebasan, memang memikat anak muda yang sedang berbuncah-buncah dalam berekspresi.
Saat itu pula Elvis Presley juga merebut simpati banyak anak muda Indonesia dengan sajian rock and rollnya.Budaya pop yang cenderung kebarat-baratan  ini menimbulkan inspirasi bagi anak muda yang kemudian keranjingan membentuk band yang saat itu popular dengan istilah Orkes. Beberapa kompetisi orkes pun mulai diadakan dimana-mana misalnya dengan nama Festival Irama Populer . Presiden Sukarno melihat gejala ini sebagai sesuatu yang meracuni jiwa dan budaya bangsa.Sukarno mengkhawatirkan budaya bangsa lama kelamaan akan terlupakan dan punah ditelan budaya Barat yang sarat kemilau itu.Untuk menangkalnya dalam perayaan Hari Proklamasi 17 Agustus 1959 dikeluarkanlah sebuah manifesto a yang diberi nama Manipol Usdek .Manifesto politik / Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia Pemerintah RI mengeluarkan keputusan untuk melindungi kebudayaan bangsa dari pengaruh asing terutama Barat.Sejak Oktober 1959 siaran Radio Republik Indonesia (RRI) ditegaskan untuk tidak lagi memutar atau memperdengarkan lagu-lagu rock and roll,cha cha,tango hingga mambo yang dinamakan musik ngak ngik ngok oleh presiden Sukarno. Manifesto Presiden Soekarno dan program acara RRI sebetulnya memperlihatkan sikap anti Barat  terutama budaya Barat yang muncul dari lagu-lagu Barat. Namun dengan adanya larangan senacam ini justru memecut kreativitas para seniman musik kita.Lihatlah bagaimana penyanyi Oslan Husein dengan iringan Orkes Teruna Ria yang dipimpin gitaris Zaenal Arifin  membawakan lagu Bengawan Solo karya Gesang dengan gaya bernyanyi ala Elvis Presley.Kejadian ini berlangsung di penghujung era 50an.

Inilah kelompok musik The Lensoist dari kiri Idris Sardi,Jack Lesmana,Munif Bahasuan,Loddy Item dan Maskan
Disisi lain Presiden Soekarno tak hanya sekedar melarang memainkan musik-musik Barat,tetapi memberikan teladan dengan menggali budaya bangsa.Saat itu untuk menggantikan budaya dansa-dansi yang kerap berlangsung di berbagai Ballroom atau Klab, Bung Karno menggagas munculnya Irama Lenso yang digali dari khazanah seni budaya Maluku.Irama Lenso adalah semacam tarian pergaulan tradisional yang bermuasal dari Ambon Maluku.
Bung Karno dan isterinya Hartini tengah melakukan tarian Lenso
Bung Karno dan isterinya Hartini tengah melakukan tarian Lenso
Lenso adalah saputangan dalam bahasa Maluku.Dalam melakukan gerakan tari dengan iringan ritme musik bertempo medium, setiap orang memegag saputangan dalam genggaman.Tiga seniman musik Indonesia yaitu Jack Lemmers (kelak namanya berganti menjadi Jack Lesmana),Idris Sardi dan Bing Slamet diundang Bung Karno untuk menggali Irama Lenso. Bung Karno sendiri ikut terlibat dalam penggarapan lagu dalam irama Lenso tersebut. Satu diantaranya adalah lagu Bersuka Ria, yang merupakan galian Bung Karno dari khazanah musik daerah.Lagu Bersuka Ria ini kemudian dinyanyikan oleh Rita Zaharah,Nien Lesmana,Bing Slamet dan Titiek Puspa dalam album kompilasi bertajuk Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso  pada label Irama yang dirilis pada tanggal 14 April 1965.Lagu-lagu yang terdapat di album ini memang sangat bernuansa Indonesia,mulai dari 3 lagu rakyat seperti Soleram,Burung Kakatua dan Gelang Sipaku Gelang, juga ada Bengawan Solo karya Gesang,Euis karya Trihanto,Malam Bainai karya Karim Nun dan Gendjer Gendjer karya Muhammad Arif. Lagu yang terakhir disebut ini kemudian menjadi kontroversi politik saat berlangsungnya Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis.
Bing Slamet dan Adikarso
Bing Slamet dan Adikarso
.Gendjer Gendjer yang ditulis oleh seorang seniman LEKRA ini diasosiasi kan sebagai salah satu piranti PKI. Pemerintah Orde Baru dibawah rezim Soeharto melarang lagu Gendjer Gendjer yang dinyanyikan dengan menawan oleh Bing Slamet.Lagu yang bercerita tentang sayur sayuran ini bahkan dianggap sebagai bagian dari ajaran komunisme.
Bung Karno lalu membawa sejumlah seniman musik dalam lawatannya ke Eropa dan Amerika Serikat antara tahun 1964-1965.Sederet pemusik ternama akhirnya disatukan dalam proyek yang diberinama The Lensoist.Mereka terdiri atas para penyanyi  mulai dari Bing Slamet,Titiek Puspa,Nien Lesmana hingga Munif A Bahasuan  serta sederet pemusik seperti Idris Sardi (biola) ,Jack Lesmana (gitar),Bubi Chen (piano) ,Darmono (vibraphone) ,Loddy Item (gitar),Maskan (bass) dan Benny Mustafa (drums).
Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso 1965
Dalam liner note album Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso, pemusik Sjaiful Nawas menuliskan : “Pemimpin besar Revolusi kita selalu mengandjurkan , agar kita berani berdiri di atas kaki sendiri ,tentu andjuran beliau itu mentjakup bidang musik kita pula.Tadi kita menjebut tentang beat mengiringi Tari Lenso Gaja Baru ,apakah beat itu sudah diketemukan ?  . Kita telah menemukannja dan hasilnja sangatmemuaskan.Beat itu telah dapat didengar dengan njata melalui rekaman terbaru Orkes Irama pimpinan Jack Lesmana bersama penjanji2 tenar seperti  : Titiek Puspa,Nien,Rita Zaharah dan Bing Slamet “.
sumber denysakrie63.wopres.com

Tidak ada komentar: